Image 

Bogor, 22 Nopember 2013. ppsuka.ac.id – Universitas Ibn Khaldun Bogor (UIKA) pada hari ini sangat berbahagia, selain sejumlah mahasiswa dengan lulusan terbaiknya, juga suatu kebanggaan setiap acara Sidang Terbuka Wisuda memiliki prestasi yang mengagumkan, selain prestasi akademik juga memiliki prestasi dalam bidang ataupun kegiatan lain.

Setiap lulusan memiliki potensi khusus yang dimiliki oleh personal wisudawan. Kali ini Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun dengan bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki lulusan dua orang wisudawan yang hafidz Qur’an 30 Juz secara Sempurna.

Adapun dua wisudawan itu adalah:

No Nama Jenjang Program Studi Konsentrasi IPK Predikat
1 Abul A’la Al Maududi S3 Pendidikan Islam Pendidikan Islam 3,88 Dengan Pujian
2 Sayid Qutub S3 Pendidikan Islam Pendidikan Islam 3,83 Dengan Pujian

Kami segenap civitas akademik Program Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor, mengucapkan Selamat dan Sukses, semoga keberkahan menyertai kita semua. Aamiin.

Sampingan  —  Posted: Desember 1, 2013 in Uncategorized

Doktor di Bulan Penuh Berkah

Posted: Agustus 23, 2013 in نفسى

Gambar

Sidang promosi berikutnya giliran Sayyid Qutub. Ia menyampaikan disertasinya yang berjudul Metode Pembelajaran Kepemimpinan Rasulullah SAW kepada Para Sahabat dalam Kitab Sunan Ibn Majah. Pria kelahiran 1985 ini mampu menjabarkan hasil penelitiannya itu dengan sangat baik. Salah seorang pengujinya, Prof. Dr. H. Ahmad Tafsir bahkan mengatakan “menurut saya anda ini ahli hadits”.

Di hadapan dewan sidang yang terdiri dari Dr. Ending Bahruddin M.Ag (Pimpinan Sidang), Prof. Dr. KH. Didin Hafiduddin MS (Promotor), Dr. H. Endin Mujahidin M.Si (Co-Promotor), Prof. Dr. H. Ahmad Tafsir (Penguji), Prof. Dr. Didin Saefuddin M.A (Penguji) dan Dr. H. Ulil Amri Syafri M.A (penguji), Sayyid Qutub menjelaskan hasil temuan dari penelitiannya dengan penuh semangat. Menurutnya, Rasulullah SAW menggunakan berbagai metode untuk mendidik para sahabat dalam masalah kepemimpinan. Antara lain dengan metode penugasan, metode ceramah, metode mengajar sesama teman, metode tanya jawab, metode keteladanan dan sebagainya. Namun di antara sekian banyak metode, yang paling banyak digunakan oleh Rasulullah SAW adalah metode keteladanan (uswatun hasanah), ceramah dan tanya jawab.

Disertasi ini mendapat apresiasi tinggi dari dewan sidang. Melakukan analisis hadits dalam satu kitab sebesar Sunan Ibn Majah bukanlah hal mudah. Sebab itu, wajar jika Sayyid Qutub kemudian dinyatakan lulus dengan predikat Cum Laude (dengan pujian) dengan IPK 3, 83. Setelah dinyatakan lulus Sayiid Qutub menyampaikan sambutan singkatnya antara lain “lulus dari UIKA adalah nikmat yang besar, tidak ada yang mengetahuinya selain orang yang merasakannya”. (Ahad, 21 Juli 2013).

Bulan Suci Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan keberkahan, bulan yang sangat mulia, didalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan, di dalamnya penuh dengan rahmat, ampunan dan pembebasan dari api neraka, bulan yang dirindu-rindukan kedatangannya dan ditangisi kepergiannya oleh orang- orang yang sholih, Tak terasa, hari demi hari, waktu demi waktu, sampai saat ini kita sudah memasuki bulan sya’ban, itu berarti tak lama lagi, dalam hitungan hari kita akan menjumpai Bulan Suci Ramadhan dengan izin Allah SWT, marilah kita membiasakan & merajinkan untuk mengucapkan doa’ Allahumma bariklana fi sya’ban wa balligna ramadhon. (Ya Allah berkahilah kami di bulan Sya’ban dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan.) Habis kata-kata kita untuk berucap keagungan & keistimewaan bulan Ramadhan, namun tak ada salahnya, kita mereview ulang memory memory keagungan bulan suci Ramadhan, didalam sholatpun kita tak pernah bosan mengulang-ulang surat Al Fatihah, Dan itulah sifat manusia, yang memang perlu di charge kembali, diingatkan kembali, untuk mengabdi kepada Allah SWT. Kita sebagai orang beriman & bertaqwa Janganlah mau mengalah menyambut bulan Ramadhan dengan pesta Akbar Piala Dunia kemarin, maupun dengan para artis tanah air, mereka sudah mempersiapkan jauh-jauh hari sinetron-sinetron religi dalam rangka menyambut bulan Ramadhan.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمْ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagiamana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang yang bertaqwa”. (Al-Baqoroh:183)

Persiapan mengahadapi Piala ketaqwaan, kebahagiaan dunia & akhirat yang hakiki :

1. Mempersiapkan persepsi yang shohih tentang bulan Ramadhan

Dari Salman ra. Beliau berkata: Rasulullah berkhutbah ditengah-tengah kami pada akhir Sya’ban, Rasulullah bersabda: Haimanusia, telah menjelang kepada kalian bulan yang sangat agung, penuh dengan barakah, didalamnya ada malam yang lebih baik dari seribu bulan, bulan dimana Allah SWT telah menjadikan puasa didalamnya sebagai puasa wajib, qiyamullailnya sunnah, barangsiapa yang pada bulan itu mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan suatu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan amalan wajib tujuh puluh kali pada bulan lainnya dst. (HR. Ibnu Huzaimah, beliau berkata: hadits ini adalah hadits shahih)

2. Membekali diri dengan ilmu

Banyak orang berpuasa yang tidak mendapat apa-apa dari puasanya kecuali lapar. Dan banyak orang shalat malam, tidak mendapat apa-apa dari shalatnya kecuali begadang. (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah).

Barangsiapa tidak meninggalkan kata-kata dusta (dalam berpuasa) dan tetap melakukannya, maka Allah SWT tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya. (HR. Bukhari)

3. Melakukan persiapan jasmani dan ruhani

Sebelum masuk bulan Suci Ramadhan, Rasulullah SAW mengajarkan kita agar membiasakan ibadah puasa di bulan Sya’ban. Dengan berpuasa di bulan Sya’ban berarti kita telah mengkondisikan diri, baik dari sisi ruhiyah maupun jasadiah.agar pada saat bulan Ramadhan tiba kita tidak merasakan lelah, capek & lesu. Malah semakin semangat dalam beribadah.

4. Memahami keutamaan-keutamaan bulan Ramadhan

Diantara keutamaan dan kemuliaan bulan Ramadhan adalah :

  1. Bulan kaderisasi taqwa dan bulan diturunkannya Al Qur’an
    Allah SWT berfirman : Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agarkamu bertaqwa, (QS:AI-Baqarah:183)
  2. Bulan Ramadhan bulan yang didalamnya diturunkan AI-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil) maka barang siapa mendapatkannya hendaklah ia puasa. (QS:AI-Baqarah:185)
  3. Bulan paling utama, bulan penuh berkah Rasulullah SAW bersabda: Bulan paling utama adalah bulan Ramadhan, dan hari yang paling mulia adalah hari Jum’at.
    Dari Ubaidah bin Sharnit, bahwa ketika Ramadhan tiba. Rasulullah bersabda: Ramadhan telah datang kepada kalian, bulan yang penuh berkah, pada bulan itu Allah SWT akan memberikan naungan~Nya kepada kalian, Dia turunkan rahmat-Nya, Dia hapuskan kesalahan-kesalahan dan Dia kabulkan do’a. Pada bulan itu Allah SWT akan melihat kalian berlomba melakukan kebaikan. Allah SWT akan membanggakan kalian di depan Malaikat. Maka perlihatkanlah kebaikan diri kalian kepada Allah SWT, sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang pada bulan itu tidak mendapat rahmatAllah SWT.
    (HR. Tabrani).
  4. Bulan ampunan dosa, bulan peluang emas melakukan ketaatan Rasulullah SAW bersabda:Antara shalat lima waktu, dari hari jum’at sampai jum’at lagi, dari Ramadhan ke Ramadhan, dapat menghapuskan dosa-dosa kecil apabila dosa-dosa besar dihindarkan.(HR. Muslim) Barang siapa puasa karena iman dan mengharap pahala dari Allah SWT ia akan diampuni semua dosanya yang telah lalu. (HR. Bukhari-Muslim)
  5. Apabila bulan Ramadhan telah datang pintu syurga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan syetan-syetan dibelenggu. (HR. Bukhari-Muslim)
  6. Bulan dilipatgandakannya pahala amalshalih. Rasulullah SAW bersabda:
    Setiap amal anak Adam dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan menjadi sepuluh kali lipat sampal tujuh ratus kali lipat, Allah SWTberfirman: “Kecualipuasa, puasa itu untuk Ku dan Akulah yang akan membalasnya. la tinggaikan nafsu syahwat dan makanannya semata-mata karena Aku”. Orang yang berpuasa mendapat dua kebahagiaan ketika berbuka, dan ketika berjumpa Rabb-nya. Bau mulut orang yang berpuasa disisi Allah SWT Iebih wangi daripada bau parfum misik.”
    (HR. Muslim) Rabb-mu berkata: “Setiap perbuatan baik (di bulan Ramadhan) dilipatgandakan pahalanya sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat. Puasa untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai dari api neraka, bau mulut orang yang berpuasa disisi Allah SWT lebih wangi dari parfum misik. Apabila orang bodoh berlaku jahil kepada seseorang diantara kamu yang sedang berpuasa, maka hendaklah kamu katakan: “Saya sedang puasa.” (HR. Tirmidzi)
  7. Bulan jihad dan kemenangan Sejarah telah mencatat, bahwa pada bulan suci Ramadhan beberapa kesuksesan dan kemenangan besar diraih ummat Islam. Ini membuktikan bahwa bulan Ramadhan bukan merupakan bulan malas dan bulan lemah, tapi bulan Ramadhan adalah bulan jihad dan kemenangan. Perang Badar yang diabadikan dalam AI-Qur’an sebagai “Yaumul Furqan”, ummat Islam meraih kemenangan besar pada tanggal 17 Ramadhan tahun 10 Hijriyah dan saat itu juga gembong kebathilan Abu Jahal terbunuh. Pada bulan Ramadhan, Fathu Makkah(pembebasan kota Makkah) yang diabadikan oleh AI-Qur’an sebagai “Fathan Mubina”, terjadi pada tanggal 10 Ramadhan tahun 8 Hijriah. Perang “Ain Jalut” menaklukan tentara Mongol terjadi pada bulan Ramadhan, tepatnya pada tanggal 25 Ramadhan 658 Hijriah. Andalusia(Spanyol) ditaklukan oleh tentara Islam dibawah pimpinan Tariq bin Ziyad juga terjadi pada bulan Ramadhan, yaitu pada tanggal 28 Ramadhan 92 Hijriah.
  8. Al-Qur’an turun dalam bulan Ramadhan.Allah mengkhusukan pada bulan yang agung ini dengan turunnya Al-Qur’an Al-Karim; Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan”. (Al-Qodar:1) dan Al-Qur’an yang diturunkan Allah bertujuan untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya, Allah berfirman: “(ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”. (Ibrahim:1). Sebagaimana Al-Qur’an juga membawa petunjuk seluruh manusia Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkan di dalamnya Al-Qur’an membawa petunjuk bagi manusia dan penjelasan dari petunjuk tersebut dan membawa Al-Furqan (pembeda antara yang hak dan yang bathil)”. (Al-Baqoroh:185)
  9. Qiyam Al-Lail (shalat tarawih)Barangsiapa yang melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan berharap ridha Allah maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.
  10. Lailatul Qodar (malam kemuliaan)Dan barangsiapa yang melakukan qiyam pada saat lailatul Qodar dengan iman dan berharap ridha    Allah maka akan diampuni  dosa-dosanya yang telah lalu”.
  11. I’tikaf. Dan pada malam 10 hari terakhir bulan ramadhan Rasulullah saw melakukan I’tikaf; dari Abdullah bin Umar ra, dia berkata: Bahwa Rasulullah saw selalu I’tikaf pada malam 10 hari terakhir bulan Ramadhan”.


Wallahu A’lam Bishowab.

Saatnya Kembali ke Syariah

Posted: Januari 28, 2009 in Uncategorized

Syariah

  • Syariah = Undang-undang Islam
  • Definisi = Jalan yang lurus
  • Sumber : Al Quran (45:18)

Kemudian Kami jadikan kamu (ya Muhammad) berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama), maka ikutilah syariat itu dan jangan kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak berilmu” (Surat Al-Jaatsiyah)

Asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk aset dan atau Tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah (DSN-MUI)

Mengapa Asuransi itu mulia?

Pergunakanlah lima hal sebelum datangnya lima perkara; Muda sebelum tua, sehat sebelum sakit, kaya sebelum miskin, lapang sebelum sempit dan hidup sebelum mati.” (Hadist riwayat Muslim).

Prinsip Asuransi Syariah

· Tanggung jawab bersama

· Saling membantu dan bekerja sama

· Perlindungan bersama

Konsep dasar asuransi syariah : adalah karena selaras dengan kaidah-kaidah berikut :

Saling bertanggung jawab. Semua peserta dalam asuransi syariah adalah satu keluarga besar yang mempunyai kewajiban saling bertanggung jawab antara satu dan lainnya. Memikul tanggung jawab dengan niat baik merupakan ibadah. Rasulullah SAW bersabda, Kedudukan hubungan persaudaraan dan perasaan orang-orang beriman antara satu dengan lain seperti satu tubuh, apabila ada anggotanya yang sakit, maka akan seluruh tubuh akan ikut merasakannya. (HR. Bukhari Muslim).

Saling bekerja sama. Para peserta bersetuju untuk bekerjasama dan saling membantu diantara satu sama lain dalam unsur kebaikan (QS. Al-Maidah : 2).

Saling melindungi. Sabda Rasulullah SAW yang mengandung maksud ini, Sesungguhnya seorang yang beriman ialah siapa yang memberi keselamatan dan perlindungan terhadap harta dan jiwa manusia.(HR. Ibnu Majah). Peserta menyetorkan preminya dengan niat tabarru dan perusahaan asuransi syariah selaku pengelola akan mengelola dana peserta sesuai kaidah-kaidah syari.

Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan cara yang bathil kecuali melalui perniagaan atas dasar suka sama suka.” (QS. An-Nisaa : 29).

Unsur Gharar dalam Praktek Asuransi Konvensional

Gharar didefinisikan sebagai sesuatu yang tidak ada kejelasan hasil. Menurut mahdzab Syafi’i, gharar berarti apa-apa yang akibatnya tersembunyi dalam pandangan kita dan akibat yang paling mungkin muncul adalah yang kita takuti. Ibn Qoyyim Al-Jauziyah mendefinisikan gharar sebagai sesuatu yang tidak bisa diukur penerimaannya, barang itu ada maupun tidak ada, seperti menjual hamba yang melarikan diri dan unta yang liar meskipun ada. Pakar ekonomi Islam, Syafi’i Antonio mendefinisikan gharar atau excessive uncertainty sebagai ketidakjelasan hubungan kontraktual antara perusahaan asuransi dengan nasabahnya dalam bingkai hukum syariah.

Rasulullah SAW dalam beberapa haditsnya melarang jual beli gharar, diantaranya dari Abu Hurairah ra., “Rasulullah pernah melarang jual beli gharar.” (HR. Muslim). Dalam riwayat lain, dari Ali ra.,”Rasulullah SAW pernah melarang jual beli orang yang terpaksa, jual beli gharar, dan penjualan buah sampai dicapai.” (HR. Abu Daud).

yaitu ketika saudaramu yang perempuan berjalan, lalu ia berkata kepada keluarga Fir’aun : Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan memeliharanya?” (QS. Thahaa : 40).

Mukmin terhadap mukmin lain ibarat bangunan yang saling memperkuat satu sama lainnya.” (HR. Muslim).

Perumpamaan kaum muslimin dalam kasih sayang, saling mengasihi dan mencintai bagaikan tubuh yang satu. Jikalau satu bagian menderita sakit maka bagian lain akan turut menderita. “ (HR. Bukhari Muslim).

Tabbaru’ berasal dari kata tabarra’a yang artinya derma. Orang yang berderma disebut mutabarri’ (dermawan). Dalam Al-Qur’an, kata tabarru merujuk pada kata al-birr (kebajikan)

sebagaimana firman Allah SWT,

Bukanlah menghadap wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu adalah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan (memerdekakan) hamba sahayanya, mendirikan shalat dan orang-orang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah : 177).

Akad tabarru’ (gratuitous contract) merupakan bentuk transaksi atau perjanjian kontrak yang bersifat nir-laba (not-for profit transaction) sehingga tidak boleh digunakan untuk tujuan komersial atau bisnis tetapi semata-mata untuk tujuan tolong-menolong dalam rangka kebaikan. Pihak yang meniatkan tabarru’ tidak boleh mensyaratkan imbalan apapun. Bahkan menurut Dr. Yusuf Qardhawi, dana tabarru’ ini haram untuk ditarik kembali karena dapat disamakan dengan hibah.

Landasan Syariah Asuransi Syariah

Definisi Asuransi Syariah

1) Arti Kata Syariah Secara bahasa, syariah ( تكافل ) berasal dari akar kata ( ك ف ل ) yang artinya menolong, memberi nafkah dan mengambil alih perkara seseorang. Dalam Al-Qur’an tidak dijumpai kata syariah/takaful, namun ada sejumlah kata yang seakar dengan kata syariah/takaful, seperti dalam :

SURAT AL BAQARAH 240

“Dan orang-orang yang (akan) meninggal dunia diantara kamu padahal ada meninggalkan istri, hendaklah berwasiat untuk istri mereka (yaitu) diberi nafkah hingga setahun lamanya dengan tidak menyuruh mereka pindah. Tetapi jika mereka pindah (sendiri) maka tiada dosa bagimu (wali) atau waris dari yang meninggal membiarkan mereka berbuat yang patut pada diri mereka.”

Diantara Cikal Bakal Asuransi Syariah ( النشأة الموجزة للتأمين الإسلامي )

– Al-Aqila ( العاقلة ) Yaitu saling memikul atau bertanggung jawab untuk keluarganya. Jika salah satu anggota suku terbunuh oleh anggota suku yang lain, pewaris korban akan dibayar dengan uang darah (diyat) sebagai konpensasi saudara terdekat dari terbunuh. Saudara terdekat dari pembunuh disebut aqilah. Lalu mereka mengumpulkan dana (al-kanzu) yang diperuntukkan membantu keluarga yang terlibat dalam pembunuhan tidak sengaja.

– Al-Muwalah ( المولاة ) Yaitu perjanjian jaminan. Penjamin menjamin seseroang yang tidak memiliki waris dan tidak diketahui ahli warisnya. Penjamin setuju untuk menanggung bayaran dia, jika orang yang dijamin tersebut melakukan jinayah. Apabila orang yang dijamin meninggal, maka penjamin boleh mewarisi hartanya sepanjang tidak ada ahli warisnya.

Dasar-Dasar SyarÂ’i Asuransi Syariah ( الأدلة الشرعية لبناء التأمين الشرعي )

1) Perintah Allah SWT Untuk Mempersiapkan Hari Depan.

Allah SWT berfirman QS. An-Nisa/ 04 : 09 :

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”

Ayat ini menggambarkan kepada kita tentang pentingnya planning atau perencanaan yang matang dalam mempersiapkan hari depan. Nabi Yusuf as, dicontohkan dalam Al-Qur’an membuat sistem proteksi menghadapi kemungkinan yang buruk di masa depan (QS. Yusuf/ 12 : 43 – 49)

2) Bahwa berasuransi tidak berarti menolak takdir


Berasuransi tidaklah berarti menolak takdir atau menghilangkan ketawakalan kepada Allah SWT, karena :

Karena segala sesuatunya terjadi setelah berpikir dengan baik, bekerja dengan penuh kesungguhan, teliti dan cermat.

Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, semuanya ditentukan oleh Allah SWT. Adapun manusia hanya diminta untuk berusaha semaksimal mungkin.

Allah SWT berfirman QS.
Attaghabun/ 64 : 11
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلاَّ بِإِذْنِ اللَّهِ

“Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah.”
Jadi pada dasarnya Islam mengakui bahwa kecelakaan, musibah dan kematian merupakan qodho dan qodar Allah yang tidak dapat ditolak. Hanya kita diminta untuk membuat perencanaan hari depan (QS. A-Hasyr/ 59 : 18)

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Akhlaq Bisnis Islami

Urgensi Berakhlaq Islami Dalam Bisnis 1) Barometer Kataqwaan Seseorang: Allah SWT berfirman (QS. 2 : 188)

وَلاَ تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِاْلإِثْمِ وأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

“Dan janganlah kalian memakan harta sebagian yang lain dengan cara yang bathil. Dan janganlah pula kalian membawa urusan harta itu kepada hakim, agar kamu dapat memakan sebagian dari harta manusia dengan cara yang dosa sedangkan kalian mengetahui.”

Ayat ini berada persis setelah ayat-ayat yang berkaitan dengan ibadah Ramadhan (QS. 2 : 183, 184, 185, 186 & 187), di mana output dari Ramadhan itu adalah TAQWA.. Sehingga ayat ini menunjukkan bahwa salah satu ciri mendasar orang yang taqwa adalah senantiasa bermuamalah dengan Muamalah Islami.

Mendatangkan Keberkahan Mendapatkan Derajat Seperti Para Nabi, Shiddiqin &

Syuhada Rasulullah SAW bersabda :

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ التَّاجِرُ الصَّدُوقُ الأمَِينُ مَعَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ (رواه الترمذي)

“Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra beliau berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Pebisnis yang jujur lagi dipercaya (amanah) akan bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada”. (HR. Turmudzi) Islam memberikan penghargaan yang besar terhadap pebisnis yang shaleh, karena baik secara makro maupun mikro pebisnis yang shaleh akan memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian suatu negara, yang secara langsung atau tidak akan membawa kemaslahatan bagi umat Islam.

Allah SWT berfirman (QS. 7 : 92)

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَْرْضِِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”

Harta yang diperoleh dengan cara yang halal dan baik akan mendatangkan keberkahan pada harta tersebut, sehingga pemanfaatan harta dapat lebih maksimal bagi dirinya maupun bagi orang lain. Sebaliknya, harta yang diperoleh dengan cara yang tidak halal atau tidak baik, meskipun berjumlah banyak namun tidak mendatangkan manfaat bahkan senantiasa menimbulkan kegelisahan dan selalu merasa kurang.

4) Berbisnis Merupakan Sarana Ibadah Kepada Allah SWT

Banyak ayat yang menggambarkan bahwa aktivitas bisnis merupakan sarana ibadah, bahkan perintah dari Allah SWT. Diantaranya adalah (QS.9 : 105) :

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.

Bagaimana Akhlaq Bisnis Islami ?
1. Niat Ikhlas Mengharap Ridha Allah SWT ( النية الخالصة لله تعالى )
2. Profesional ( الإتقان )
3. Jujur & Amanah ( الصدق والأمانة )
4. Mengedepankan Etika Sebagai Seorang Muslim ( التخلق بالأخلاق السليمة )
5. Tidak Melanggar Prinsip Syariah ( مطبقا بالشريعة الإسلامية )
6. Ukhuwah Islamiyah ( الأخوة الإسلامية )

1. Niat Ikhlas Mengharap Ridha Allah SWT ( النية الخالصة لله تعالى )

Rasulullah SAW bersabda :

إِنَّمَا اْلأعَْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
(رواه البخاري)

“Bahwasanya segala amal perbuatan manusia itu tergantung dari niatnya. Dan bahwasanya bagi setiap orang (akan mendapatkan) dari apa yang telah diniatkannya. Barang siapa yang hijrahnya mengharapkan dunia, atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu hanya akan mendapatkan apa yang telah diniatkannya.” (HR Bukhari)

2. Profesional ( الإتقان في العمل)

Rasulullah SAW bersabda :

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ
(رواه الطبراني)

“Dari Aisyah ra, Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila dia beramal, dia menyempurnakan amalnya.” (HR. Thabrani)

3. Jujur & Amanah ( الصدق والأمانة )

Rasulullah SAW bersabda :

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ التَّاجِرُ الصَّدُوقُ الأمَِينُ مَعَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ (رواه الترمذي)

“Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra beliau berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Pebisnis yang jujur lagi dipercaya (amanah) akan bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada.” (HR. Turmudzi)

4. Mengedepankan Etika Seorang Muslim ( الرابع : التخلق بالأخلاق السليم )

Rasulullah SAW bersabda :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا (رواه الترمذي)

“Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda, Orang beriman yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya. Dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya terhadap istri-istrinya.” (HR. Turmudzi)

5. Tidak Melanggar Prinsip Syariah ( الخامس : مطبقا بالشريعة الإسلامية)

Allah SWT berfirman (QS. 47 : 33)

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوْا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلاَ تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, ta’atlah kepada Allah dan ta’atlah kepada rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu.”

6. Ukhuwah Islamiyah ( الأخوة الإسلامية )

Rasulullah SAW bersabda :

إِنَّ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ لأُنَاسًا مَا هُمْ بِأَنْبِيَاءَ وَلاَ شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمْ اْلأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِمَكَانِهِمْ مِنْ اللَّهِ تَعَالَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ تُخْبِرُنَا مَنْ هُمْ قَالَ هُمْ قَوْمٌ تَحَابُّوا بِرُوحِ اللَّهِ عَلَى غَيْرِ أَرْحَامٍ بَيْنَهُمْ وَلاَ أَمْوَالٍ يَتَعَاطَوْنَهَا فَوَاللَّهِ إِنَّ وُجُوهَهُمْ لَنُورٌ وَإِنَّهُمْ عَلَى نُورٍ لاَ يَخَافُونَ إِذَا خَافَ النَّاسُ وَلاَ يَحْزَنُونَ إِذَا حَزِنَ النَّاسُ (رواه أبو داود)

“Sesungguhnya diantara hamba-hamba Allah ada sekelompok manusia yang mereka itu bukan para nabi dan bukan pula orang-orang yang mati syahid, namun posisi mereka pada hari kiamat membuat nabi dan syuhada’ menjadi iri. Sahabat bertanya, ‘beritahukan kepada kami, siapa mereka itu?. Rasulullah menjawab, ‘mereka adalah satu kaum yang saling mencintai karena Allah meskipun diantara mereka tidak ada hubungan kekerabatan dan tidak pula ada motivasi duniawi. Demi Allah wajah mereka bercahaya dan mereka berada di atas cahaya. Mereka tidak takut tatkala manusia takut, dan mereka tidak bersedih hati.” (HR. Abu Daud)

Kemenangan Yang Tertunda

Posted: Januari 26, 2009 in Uncategorized

Ketika Ayat-ayat Allah berbicara….

Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” (An Nahl: 36)

Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (Al Anbiyaa’: 25)

“…Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama” (Az Zumar: 11)

“…Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (Al Maa’idah: 44)

“Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)” (Asy Syuura: 13)


Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. (An Nahl: 125)


Jika kita betul-betul menjadi umat yang bertaqwa, maka kekuasaan itu akan diberikan oleh Allah sebagai bonus, hadiah, inilah janji Allah yang tidak akan tercederai sedikitpun juga.

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (An Nuur: 55)


Tapi sebelum menuju ke sana, jalannya memang tidak mudah, penuh rintangan dan cobaan seperti yang di alami para nabi sebelum kita (lihat Al An’aam: 10, 34 dan Al Anbiyaa’: 41). Juga yang paling penting harus dilakukan dengan keikhlasan tanpa membawa-bawa atau membangga-banggakan bendera dalam baksos…

“….Aku tidak meminta upah kepadamu…” (Al An’aam: 90)

“Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku…” (Huud: 29)


Lalu keteladanan dan konsistensi buat ummat yang ummiy…

“Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan.” (Huud: 88) “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (Ash Shaff; 2, 3)

janganlah kita dikuasai oleh nafsu ingin cepat berkuasa. Sementara Allah tidak pernah menargetkan kekuasaan kepada kita

Dalam buku Ighatsatul Lahfan fi Mashayidisy Syaithan (Terjemahan Indonesia: Manajemen Qolbu, Melumpuhkan Senjata Syetan) karya Imam Ibnul Qayyim Al Jauziah rahimahullah dijelaskan dalam bab 11, bahwa manusia terdiri dari dua macam: Pertama, orang yang dikalahkan nafsunya, sehingga ia bisa dikuasai dan dihancurkan nafsunya, ia pun tunduk pada perintah-perintah nafsunya. Kedua, orang yang bisa mengalahkan dan memaksakan nafsunya, sehingga nafsu itu pun tunduk pada perintah-perintahnya.

Nafsu menyeru kepada kedurhakaan dan mengutamakan dunia, sedangkan Tuhan menyeru hamba-Nya agar takut kepada-Nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Dan hati di antara dua penyeru itu, terkadang ia condong kepada penyeru ini, dan terkadang pula condong kepada penyeru yang lain.

Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). (An Naazi’aat 37 – 41)

Yaa ayyatuhannafsul muthmainnah (Hai jiwa yang tenang), Irji’i ilaa robbi qirodiyatan mardiyyah (Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya), Fad khuli fii ‘ibaadii (Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku) wad khuli jannati (masuklah ke dalam syurga-Ku) Al Fajr (27-30) perlu kita pahami, bahwa kekuasaan bukanlah tujuan dakwah. Kekuasaan hanyalah sebagai buah dari dakwah itu sendiri. Dakwah hanyalah untuk mengajak manusia agar mereka kembali kepada Allah. Agar mereka beribadah kepada Allah saja dengan ibadah yang diajarkan oleh Allah melalui rasul Nya ( An Nahl 36). HANYA ITU.

Adapun berkuasanya satu kaum muslimin, dengan izin Allah, adalah bonus, karunia dari Allah kepada mereka. Kita bisa membaca kisah tentang para nabi sebelum nabi kita, sebagaimana dikisahkan oleh nabi Muhammad sendiri dalam salah satu hadits “ Ditampakkan kepadaku ummat ummat, maka ada seorang nabi yang datang bersamanya beberapa orang, kemudian datang seorang nabi yang bersamanya tiga orang, kemudian datang seorang nabi dan bersamanya satu orang dan ada nabi yang datang dan tidak seorangpun bersamanya ………….”.Dalam hadits ini jelas, ada nabi yang datang tanpa membawa pengikut, apatah lagi berkuasa. Akan tetapi, apakah dakwah para nabi ini gagal ? Tidak, tentu saja. Akan tetapi mereka telah menyampaikan risalah dari Rabbnya dengan sempurna. Dan mereka tetep berada pada puncak kemuliaannya, meski tak seorangpun mengikutinya. (bandingkan dengan target 20%, dengan melanggar apa yang diharamkan oleh Allah dan rasulNya). Kita pun bisa membaca hanya berapa nabi, dari sekian banyak nabi, yang diberi kekuasaan oleh Allah ? Tidakkah kita mengambil pelajaran ? Tidakkah kita berpikir ? Atau apakah ada penyakit dalam hati kita ? Partai hanyalah satu wasilah. Kalimat ini sering kita dengar, akan tetapi apakah kita benar-benar menjadikannya sebagai wasilah ? Ataukah justru kita menjadikan wasilah ini sebagai “sesembahan” selain Allah ? Karena ternyata wasilah ini telah menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah ? Karena wasilah ini telah melanggar rambu-rambu yang sesungguhnya menjadi tujuan dari didirikannya wasilah itu sendiri ?

Peringatan Nabi kepada Para Sahabatnya dilaporkan oleh Abu Sa’id al-Khudry yang menceritakan: “Ketika kami duduk di sekitar mimbar Rasul, Beliau bersabda, sesungguhnya yang paling kutakuti menimpa kalian, adalah jika dunia terbuka lebar di depan kalian, kesenangan nya terhampar di hadapan kalian.” (muttafaq alaihi).

Saudaraku, jagalah selalu amalan wajib dan sunnah harian antum semua. Sebab dengan itulah kita berjihad dan sebab itulah kita mendapat rizki mati syahid. Janganlah anggap remeh amalan sunnah akhi, sebab itulah yang akan menyelamatkan kita semua dari bahaya futur dan malas hati.

Saudaraku, jagalah salat malammu kepada Allah Azza Wajalla. Selalulah isi malam-malammu sujud kepada-Nya dan pasrahkan diri antum semua sepenuhnya kepada kekuasaannya. Ingatlah saudaraku, tiada kemenangan melainkan dari Allah semata.

Sebuah firman Allah dalam kalamnya yang agung: , mengerjakan amal yang shalih dan berkata:”Sesungguhnya aku termasuk orang orang yang berserah diri.” Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. (Fushshilat: 33-35).

Ayat di atas merupakan bekal utama bagi para aktivis dakwah di jalan Allah (dai), agar selalu semangat dan istiqamah, tidak pernah gentar dan getir, senantiasa menjalankan tugasnya dengan tenang, tidak emosional dan seterusnya. Ayat tersebut diletakkan setelah sebelumnya di awal surat Fushshilat Allah menggambarkan sikap orang-orang yang tidak mau menerima ajaran Allah.

Mereka mengatakan: hati kami tertutup, (maka kami tidak bisa menerima) apa yang kamu serukan kepadanya, pun telinga kami tersumbat, lebih dari itu di antara kami dan kamu ada dinding pemisah.” (Fushshilat: 5).

Dalam surat Al-Infithaar ayat 6 Allah berfirman: yaa ayyuhal insaan maa gharraka birabbikal kariim? (wahai manusia apa yang membuat kamu terpedaya, sehingga kamu lupa terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah?)

Dalam ayat lain: kallaa bal tuhibbuunal aajilah watadzaruunal aakhirah (sekali-kali tidak, sungguh kamu masih mencintai dunia dan meninggalkan akhirat) (Al-Qiyaamah: 20-21).

Tulisan yang mengingikan kepada asholah da’wah.

Kemenangan hakiki adalah kemenangan yang diridhoi’ Allah Swt..

Wallahu a’lam bishowab